HIPOTEZIA

HIPOTEZIA

Tujuan Pendidikan Formal

Secara umum, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk insan yang memiliki kedewasaan jasmani dan rohani. Menurut pasal 3 Undang-undang Sistem pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003. Yakni : Berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Adapun secara khusus tujuan dari diselenggarakannya pendidikan formal adalah sebagai berikut:

  • Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki, memperluas pengetahuan, dan tingkah laku peserta didik yang dibawa dari keluarga serta membantu pengembangan bakat.
  • Mengembangkan keperibadian peserta didik lewat kurikulum agar  (1) Peserta didik dapat bergaul dengan lingkungan sekolahnya dan (2) Mempersiapkan peserta didik terjun di masyarakat berdasarkan norma yang berlaku.
  • Membentuk dasar atau pondasi cara-cara/pola berpikir yang sistematis dan konseptual secara konsisten dan terarah.
  • Melatih dan menanamkan sikap mental dan emosional yang matang, dewasa dan mandiri. Sehingga biasanya seorang yang berpendidikan tinggi lebih dapat mengendalikan sikap dan emosinya secara baik.
  • Mengajarkan banyak disiplin ilmu dengan berbagai teori-teori dan ilmu pengetahuan yang ada sehingga wawasan dan pengetahuan menjadi banyak dan luas.
  • Menanamkan disiplin belajar yang sangat tinggi, sehingga seseorang yang berpendidikan akan lebih terbiasa untuk belajar dan belajar lagi.

Adapun dalam pendapat dan redaksi lainnya, beberapa tujuan pendidikan formal adalah sebagai berikut:

1. Melatih Kemampuan Akademis.

Kemampuan akademis ini meliputi kemampuan analisis, menghafal, logika, memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Seseorang yang memiliki kemampuan akademis yang baik pada umumnya lebih mampu memecahkan masalah dan memiliki kehidupan yang lebih baik.

2. Melatih Mental, Fisik, dan Disiplin.

Jalur pendidikan ini mengharuskan peserta didik untuk tiba di sekolah pada jam tertentu, dan pulang pada jam tertentu. Hal ini secara tidak langsung dapat melatih kedisiplinan peserta didik. Selain itu, proses belajar di sekolah secara terus menerus akan membentuk mental dan fisik para peserta didik menjadi lebih baik.

3. Melatih Tanggung Jawab.

Di sekolah, para peserta didik juga diajarkan tentang tanggungjawab. Misalnya tanggungjawab mengerjakan tugas, menjaga kebersihan, dan lain sebagainya.

5. Mengembangkan Diri dan Kreativitas

Program esktrakurikuler di sekolah merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan diri dan kreativitas peserta didik. Seseorang yang memiliki kemampuan dan kreativitas tertentu tentunya akan membentuk pribadi yang lebih berkualitas.

6. Membangun Jiwa Sosial

Sekolah juga dapat membantu membangun jiwa sosial seorang peserta didik. Interaksi sosial di sekolah juga akan memperluas hubungan sosial seorang siswa.

4. Membentuk Identitas Diri

Identitas diri merupakan salah satu hal penting yang dibutuhkan oleh individu di dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya dalam dunia kerja dan di masyarakat. Umumnya, mereka yang memiliki pendidikan formal lebih berpeluang untuk mendapatkan suatu pekerjaan.

Demikian sajian informasi mengenai Tujuan Pendidikan Formal yang dapat disampaikan pada kesempatan ini. Semoga Bermanfaat !!!

Pengertian "Tujuan Penelitian"

Tujuan Penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang didapatkan setelah penelitian selesai, sesuatu yang akan dicapai atau dituju dalam sebuah penelitian. Rumusan tujuan penelitian mengungkapkan keinginan peniliti untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh sebab itu, rumusan tujuan harus relevan dengan identitas masalah yang ditemukan, rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitian.

Dalam beberapa penelitian, yang permasalahannya sangat sederhana terlihat bahwa tujuan penelitian sepertinya adalah pengulangan dari rumusan masalah, hanya saja rumusan masalah dinyatakan dengan pertanyaan, sedangkan tujuan dituliskan dalam bentuk pernyataan yang biasanya diawali dengan kata ingin mengetahui.

Pernyataan tujuan mengidentifikasi variabel, populasi dan pengaturan untuk penelitian. Setiap penelitian memiliki pernyataan tujuan eksplisit atau implisit. Tujuan penelitian harus dinyatakan secara obyektif atau dengan cara yang tidak mencerminkan bias atau nilai-nilai tertentu dari peneliti.

Walkinson (1991), misalnya menjelaskan Tujuan Penelitian dalam konteks rumusan masalah dan sasaran penelitian. Penulis-penulis lainmerujuknya sebagai salah satu aspek dari masalah penelitian (Castetter dan Heisler, 1997). Akan tetapi, pemabahasan mereka tetap menunjukkan bahwa Tujuan Penelitian merupakan gagasan inti dari suatu penelitian.

Dikenal dengan istilah Tujuan Penelitian karena ini menggambarkan tujuan atau maksud dilakukannya penelitian dalam satu atau beberapa kalimat. Dalam proposal, peneliti haruslah membedakan secara jelas antara tujuan penelitian, masalah penelitian, dan tumusan masalah. Tujuan Penelitian mengindikasikan maksud penelitian, dan bukan masalah atau isu yang dapat menuntun keharusan diadaknnya penelitian.

Tujuan Penelitin bukanlah rumusan masalah yang di dalamnya terdapat sejumlah pertanyaan yang nantinya dijawab berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan. Akan tetapi, Tujuan Penelitian adalah kumpulan pernyataan yang menjelaskan sasaran, maksud, gagasan umum diadakannya suatu penelitian. Gagasan ini dibangun berdasarkan suatu kebutuhan (masalah penelitian) dan diperluas kembali dalam pertanyaan-pertanyaan spesifik (rumusan masalah).

Demikian sajian informasi mengenai Pengertian TUJUAN PENELITIAN yang dapat disajikan pada kesempatan ini. Semoga Bermanfaat !!!

Pengertian Latar Belakang Penelitian

Latar Belakang adalah dasar ataupun titik tolak untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai apa yang ingin disampaikan. Latar Belakang adalah uraian dari suatu paragraf yang menjelaskan tentang alasan mengapa suatu karya tulis dibuat. Seperti misalnya, latar belakang makalah memuat tentang mengapa topik makalalh tersebut harus dibuat. Begitu juga dengan latar belakang sebuah penelitian, menjelaskan mengenai kenapa penelitian tersebut harus diadakan. Dalam hal ini, latar belakang lebih mengarah pada kepentingan penulis dalam membuat sebuah karya tulis.

Poin-poin maupun isi latar belakang masalah yang lebih spesifik seperti berikut ini:

  • Suatu alasan rasional & esensial berdasarkan dengan data, fakta, maupun referensi yang ada. Alasan tersebut dipakai untuk acuan ketertarikan dari sang peneliti.
  • Gejala-gejala yang ada di lapangan yang lalu memunculkan permasalahan untuk selanjutnya diteliti lebih lanjut.
  • Adanya permasalahan yang kompleks & pelik yang muncul jika dibiarkan begitu saja serta tidak secepatnya dicari solusinya.
  • Pendekatan yang ditinjau pada segi teoritis yang bertujuan untuk mengatasi masalah.

Selain itu, latar belakang Masalah juga bisa mengacu pada krisis ideologi, social, ekonomi, politik, budaya, keamanan, dan pertahanan. Latar belakang masalah ditutup memakai kalimat kunci yang intinya menekankan pentingnya masalah itu untuk secepatnya diteliti. Selain itu, juga di bahas apa saja akibat jika penelitian itu tidak secepatnya diteliti.

Baca Juga; Cara Membuat Latar Belakang Penelitan [klik di sini]

Banyaknya halaman pembuatan latar belakang masalah yaitu proporsional. Hal ini tergantung dengan jumlah halaman semua proposal penelitian ataupun laporan penelitian. Yang harus diingat yaitu latar belakang masalah tak boleh melebihi banyaknya halaman dari bab bab lainnya. Selain pada bab terakhir, karena bab ini hanya menyertakan saran dan juga kesimpulan saja.

Hingga, sebelum menentukan judul suatu penelitian, peneliti harus menentukan suatu masalah yang nantinya akan di teliti. Dengan masalah itu, kamu bisa menjadikannya sebagai latar belakang masalah kenapa diangkat judul tersebut.

Demikian sajian informasi mengenai Pengertian Latar Belakang Penelitian yang dapat disajikan pada kesempatan ini. Semoga Bermanfaat !!!

Cara Membuat Latar Belakang Penelitian

Latar Belakang yang baik dan benar dapat membuat pembaca tertarik terhadap laporan penelitian yang Anda buat. Informasi yang ada di latar belakang menggambarkan tentang permasalahan yang ada di penelitian, yang mengacu pada literatur atau penelitian terdahulu. Latar belakang bisa juga merangkum tentang hal penting dari penelitian lain yang berkaitan dengan topik penelitian Anda. Latar belakang menjelaskan tentang apa yang kita tahu tentang topik yang akan kita ambil atau kita teliti. Informasi pada latar belakang haruslah menjelaskan tentang akar dari permasalahan yang sedang dipelajari atau diteliti.

Berikut beberapa sudut pandang latar belakang yang bisa diambil sesui dengan bidang ilmu yang diambil: 
  • Budaya - perilaku yang dipelajari dari sekelompok orang tertentu
  • Ekonomi - sistem produksi dan pengelolaan kekayaan materi dan / atau kegiatan bisnis.
  • Gender - perilaku, budaya, atau ciri-ciri psikologis yang dikaitkan dengan sifat laki-laki atau perempuan.
  • Historis- kejadian yang terjadi di masa lampau dan menghasilkan efek pada masa sekarang
  • Interdisipliner - penjelasan teori, konsep, ide, atau metodologi yang diambil dari disiplin ilmu lain dan korelasinya dengan topik yang kita ambil.
  • Filsafat - klarifikasi tentang hakikat keberadaan atau fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian.
  • Politik - menyangkut lingkungan yang menjadi sasaran agenda politik. - Sosial – mengenai lingkungan yang diteliti.
  • Temporal - mencerminkan masalah atau peristiwa, yang berkaitan dengan, atau dibatasi oleh waktu
Informasi latar belakang yang memadai membantu pembaca Anda untuk memahami topic apa yang akan dibahas. Dilansir dari Enago.com, latar belakang harus mencangkup beberapa informasi di bawah ini:
  • Teori, konsep, istilah, dan ide yang mungkin asing bagi pembaca.
  • Data historis yang perlu dibagikan untuk memberikan penjelasan mengapa masalah saat ini muncul
  • Konsep yang diambil dari disiplin ilmu lain yang bisa jadi asing bagi pembaca.
  • Keunikan dari penelitian yang Anda lakukan dan metode baru yang mungkin dipakai. 
Dianjurkan untuk menulis latar belakang dari permasalahan umum ke khusus agar pembaca bisa mengetahui latar belakang penelitian dengan lebih terstruktur.

Demikian sajian informasi mengenai Cara Membuat Latar Belakang Penellitian Tindakan Kelas yang dapat disampaikan pada kesempatan ini. Semoga Bermanfaat !!!

Pengertian Pendidikan Nonformal Menurut Para Ahli

Pendidikan Nonformal dapat diartikan secara beragam tergantung dari sudut pandang mana pendidikan nonformal itu ditinjau. Mengenai pegertian pendidikan nonformal, banyak tokoh pendidikan yang turut mengartikan atau mendefinisikan dari sudut pandang keilmuannya masing-masing.

Philip H.Coombs
Menurut Philip H.Coombs, Pendidikan Non Formal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan diluar system formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.

Soelaman Joesoef
Menurut Soelaman Joesoef, Pendidikan Non Formal adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan hidup, dengan jutuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efesien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.

Russel Kleis
Menurut Russel Kleis, Pendidikan Luar Sekolah adalah usaha pendidikan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis. Biasanya pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tradisional terutama yang menyangkut waktu, materi, isi dan media. Pendidikan luar sekolah dilaksanakan dengan sukarela dan selektif sesuai dengan keinginan serta kebutuhan peserta didik yang ingin belajar dengan sungguh-sungguh.
Axinn
Menurut Axinn, Pendidikan Luar Sekolah adalah kegiatan yang ditandai dengan kesengajaan dari kedua belah pihak, yaitu pendidik yang sengaja membelajarkan peserta didik, dan peserta didik yang sengaja untuk belajar.

Suzanna Kindervatter
Menurut Suzanna Kindervatter, Pendidikan Luar Sekolah adalah suatu metoda penerapan kebutuhan, minat orang dewasa dan pemuda putus sekolah di negara berkembang, membantu dan memotivasi mereka untuk mendapatkan keterampilan guna menyesuaikan pola tingkah laku dan aktivitas yang akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan standar hidup.

Philip H.Coombs
Menurut Philip H.Coombs, Pendidikan Luar Sekolah adalah semua kegiatan pendidikan yang terorganisasi, sistematis dan dilaksanakan di luar sistem pendidikan formal, yang menghasilkan tipe-tipe belajar yang dikehendaki oleh kelompok orang dewasa maupun anak-anak.

Adikusumo
Menurut Adikusumo, Pendidikan Luar Sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah, dimana seseorang memperoleh informasi-informasi pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan mengembangkan tingkat kerterampilan, sikap-sikap peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga bahkan masyarakat dan negaranya.

Sudjana
Menurut Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah adalah setiap kegiatan belajar membelajarkan, diselenggara-kan luar jalur pendidikan sekolah dengan tujuan untuk membantu peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi diri berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, dan aspirasi yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, lembaga, bangsa, dan negara.

Prof. Santoso S. Hamodjojo
Menurut Prof. Santoso S. Hamodjojo, Strategi Pendidikan Luar Sekolah adalah untuk meletakkan sistem yang tangguh untuk menangani pendidikan sepanjang hidup, dengan jalur insidental, informal, nonformal dan formal bagi semua warga negara untuk menggalang masyarakat gemar belajar yang beradab dan demokratis (madani).

Prof. Dr.H. Sutaryat Trisnamansyah
Menurut Prof. Dr.H. Sutaryat Trisnamansyah, Pendidikan Luar Sekolah adalah konsep pendidikan sepanjang hayat yang mengandung karakteristik, bahwa pendidikan tidak berakhir pada saat pendidikan sekolah selesai ditempuh oleh seorang individu, melainkan suatu proses sepanjang hayat, mencakup keseluruhan kurun waktu hidup seorang individu sejak lahir sampai mati.

Suparjo Adikusumo
Menurut Suparjo Adikusumo, Pendidikan Luar Sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah, dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan untuk mengembangkan tingkat keterampilan, sikap-sikap dan nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya bahkan masyarakat dan warganya.

Demikian sajian informasi mengenai Pengertian Pendidikan Nonformal Menurut Para Ahli yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini. Semoga Bermanfaat.

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Non Formal

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 2, Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang bertujuan dan berfungsi untuk mengganti, menambah, dan melengkapi pendidikan formal. Pendidikan ini bisa diselenggarakan oleh lembaga khusus yang ditunjuk oleh pemerintah dengan berpedoman pada standar nasional pendidikan. Karena berpedoman pada standar nasional pendidikan maka hasil dari pendidikan nonformal tersebut dapat dihargai setara dengan pendidikan formal. Pendidikan nonformal bisa juga diartikan sebagai pendidikan kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar sekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan negara.

Sasaran pendidikan nonformal yaitu bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan nonformal, diantaranya yaitu:
  • Taman kanak-kanak (TK)
  • Raudatul Athfal (RA)
  • Taman Pendidikan Al-Qur’an
  • Kelompok bermain (KB)
  • Taman bermain anak (TBA)
  • Lembaga kursus
  • Sanggar
  • Lembaga pelatihan
  • Kelompok belajar
  • Pusat kegiatan belajar masyarakat
  • Majelis taklim
Baca Juga; Pengertian Pendidikan Nonformal Menurut Para Ahli

Tujuan utama pendidikan di luar sekolah adalah untuk untuk mengganti, menambah, dan melengkapi pendidikan formal. Secara umum, tujuan pendidikan nonformal diantaranya yaitu:
  1. Untuk memenuhi kebutuhan belajar tingkat dasar. Misalnya seperti pengetahuan tentang alam, pendidikan keaksaraan, pengetahuan kesehatan dan gizi, pengetahuan umum dan kewarganegaraan, dan sebagainya.
  2. Untuk keperluan pendidikan lanjutan melengkapi pendidikan tingkat dasar dan pendidikan nilai-nilai hidup. Misalnya meditasi, pendidikan kesenian, pengajian, sekolah minggu, dan lain-lain.
Demikian sajian informasi mengenai Pengertian dan Tujuan Pendidikan Nonformal yang dapat disampaikan. Semoga Bermanfaat.

Case Studi atau Studi Kasus dalam Pembelajaran

Case Study merupakan data awal untuk ditemukannya beberapa masalah pembelajaran yang kemudian dapat dijadikan bahan penyusunan Penelitian Tindakan Kelas.

Berikut disajikan ulasan sepintas mengenai Case Studi atau Studi Kasus dalam Pembelajaran.

Hakikat Case study

Case study atau studi kasus adalah rangkuman pengalaman pembelajaran (pengalaman mengajar) yang ditulis oleh seorang guru/dosen dalam praktik pembelajaran mereka di kelas. Pengalaman tersebut memberikan contoh nyata tentang masalah masalah yang dihadapi oleh guru pada saat mereka melaksanakan pembelajaran. Gunanya adalah melalui pengkajian case study dalam pembelajaran dengan segala komponennya, para guru dapat melakukan evaluasi diri (self evalution), dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktik pembelajaran mereka di kelas. Bagi para calon guru, kajian terhadap case study akan dapat membuka wawasan mereka terhadap pembelajaran dan menanamkan konsep bagaimana seharusnya pembelajaran itu berlangsung.

Di sisi lain, case study tentang pembelajaran dapat digunakan untuk membantu, baik guru maupun mahasiswa calon guru dalam memahami hakikat pembelajaran. Studi kasus seperti ini menjadi catatan penting dalam pelaksanaan pembelajaran secara nyata. Case study ditulis dalam bentuk narasi dan berisi pengalaman pembelaJaran yang paling berkesan yang Anda ingat karena kesuksesannya, kesulitan, atau pengalaman yang penuh problematika.

Case study ditulis dengan memperhatikan hal hal berikut ini.
  1. Case study ditulis dalam bentuk cerita naratif yang sangat rinci dan sangat erat kaitannya dengan pengalaman yang Anda alami.
  2. Case study tersebut sedapat dapatnya harus ringkas. Maksismum dua halaman ketikan. Namun, jika pengalaman yang akan diungkap dalam case study tergolong cukup esensial sebagai pengalaman bagi orang lain, case study dapat juga ditulis melebihi dua halaman ketikan. 
  3. Case study harus mernuat unsur kemanusiaan: kemauan yang Anda miliki, tindakan dan kesalahan Anda yang mengecewakan dan rasa kesenangan atau kekecewaan pada saat selesainya pernbahasan.
  4. Case study harus memiliki judul yang dapat mewakili keseluruhan isi pengalaman pembelajaran yang dituliskan.
  5. Pengalaman yang dituangkan dalam case study adalah ungkapan kejujuran. Artinya, cerita dalam case study adalah cerita kejujuran.
Manfaat Case Study

Manfaat yang dapat dipetik dari case study bagi guru dan bagi mahasiswa calon guru dapat dikernukakan sebagai berikut.
  1. Sebagai evaluasi diri (self evalution) bagi guru untuk dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktik pembelajaran mereka di kelas.
  2. Sebagai pembuka wawasan mahasiswa calon guru terhadap pembelajaran dan penanaman konsep bagaimana seharusnya pembelajaran itu berlangsung.
  3. Guru dan mahasiswa calon guru dapat belajar dari kegagalan orang lain (guru penulis case study).
  4. Menemukan kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman penulis case study.
  5. Mahasiswa calon guru dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang dunia anak khususnya di sekolah, termasuk di dalamnya memahami psikologi anak.
  6. Guru dan mahasiswa calon guru dapat menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat sehingga tidak mengulangi kekeliruan yang dialami oleh penulis case study.
  7. Keberhasilan yang dialami oleh penulis case study dapat menjadi acuan bagi orang lain (guru dan calon guru).
  8. Bagi guru parnong, case study bermanfaat dalam pembimbingan mahasiswa PPL melaksanakan pembelajaran agar menjadi lebih baik.
  9. Dengan mengkaji case study, guru ataupun calon guru menjadi lebih terbuka, lebih jujur, dan lebih berani mengungkapkan kegagalan yang dialarninya dalam pembelajaran.
  10. Guru dan calon guru dapat belajar menulis pengalaman pembelajarannya dalam bentuk narasi pembelajaran.
Metode untuk Mengembangkan Case Study
  1. Seorang guru menceritakan/menulis pengalaman yang sukses atau suatu permasalahan yang menarik yang muncul saat pembelajaran dengan pokok bahasan atau topik tertentu. Pengalaman yang diceritakan/dituliskan itu menggambarkan pemikiran guru tersebut tentang mengapa permasalahan atau pengalaman tersebut menarik.
  2. Harus ditulis sesegera mungkin supaya tidak mudah terlupakan
  3. Sebagai masukan dalam penulisan, penulis narasi dapat mempedomani komentar¬-komentar guru lain (guru mitra) yang ikut mengamati proses pembelajaran
  4. Persiapan guru
  5. RPP
  6. Pelaksanaan pembelajaran (• Kegiatan awal, inti, dan akhir • Metode dan strategi pembelajaran • Materi pembelajaran • Evaluasi • Ketercapaian tujuan pembelajaran)
  7. Perilaku siswa
  8. Perasaan guru (keberhasilan, kegagalan, dan persepsinya terhadap siswa)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebuah case study dalam bentuk narasi pembelajaran, prosesnya adalah sebagai berikut:
  1. Ada tim kolaborasi (beberapa orang guru)
  2. Ada persiapan persiapan prapembelajaran
  3. Praktik pembelajaran di kelas (ada yang berpraktik mengajar dan ada yang mengamati)
  4. Pengamat menuliskan komentarnya
  5. Komentar yang ditulis oleh pengarnat tidak berupa "potret pembelajaran", tetapi mengarah pada proses pembelajaran dengan segala komponennya
  6. Komentar pengarnat ditulis pada saat proses pembelajaran berlangsung
  7. Pada akhir pembelajaran, komentar pengarnat diserahkan kepada guru yang berpraktik mengajar
  8. Guru yang berpraktik mengajar menuliskan pengalaman pembelajarannya dalam bentuk narasi pembelajaran
  9. Narasi yang sudah ditulis, diberijudul yang sesuai
  10. Setelah menulis narasi, guru juga menulis refleksi dengan cara membaca kembali narasi yang ditulisnya, kernudian baru menuliskan refleksi.
  11. Narasi yang sudah ditulis dibaca oleh pengamat dan pengarnat menuliskan komentarnya berdasarkan narasi dan hasil pengarnatan pembelajaran
  12. Case study dilengkapi dengan RPP dan hasil kerja siswa
  13. Narasi mernuat sernua hal yang dialarni dan dirasakan guru dalarn pembelajaran, termasuk di dalarnnya perilaku siswa
Penulisan Refleksi
  1. Penulis disarankan membaca ulang narasi yang sudah ditulisnya itu beberapa kali, kemudian menuliskan refleksi terhadap narasi itu.
  2. Guru guru lainnya diminta memberikan tanggapan/komentar dengan menuliskan ideide mereka sehubungan dengan kasus yang mereka baca tersebut.
Demikian sajian informasi mengenai Case Studi atau Studi Kasus dalam Pembelajaran yang dapat Penulis sampaikan pada kesempatan ini. Semoga Bermanfaat.
Back To Top