Prinsip adalah suatu pegangan. Dan salah satu fungsi
pegangan adalah untuk pedoman. Agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik
tanpa menganggu tugas utama dari seorang guru, dibutuhkan prinsip yaitu apa
yang harus ada tanpa menganggu apa yang menjadi tugas utama dari guru. Bahkan
prinsip ini diharapkan agar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dilaksanakan
dengan baik. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan tanpa
mengganggu komitmennya sebagai pengajar. Artinya dalam pelaksanaannya Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) tetap mempunyai pedoman-pedoman dasar yang tidak boleh
untuk dilanggar oleh guru.
Hal ini agar pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tetap
dapat terlaksana dengan baik tetapi tetap sesuai dengan apa yang telah
direncanakan tanpa menganggu apa yang menjadi tujuan dari guru secara formal.
A. Prinsip Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
Secara umum Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut adalah :
- Tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar;
- Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan;
- Metodologi yang digunakan harus reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan;
- Masalah berawal dari kondisi nyata di kelas yang dihadapi guru;
- Dalam penyelenggaraan penelitian, guru harus memperhatikan etika profesionalitas guru;
- Meskipun yang dilakukan adalah di kelas, tetapi harus dilihat dalam konteks sekolah secara menyeluruh;
- Tidak mengenal populasi dan sampel;
- Tidak mengenal kelompok eksperimen dan control;
- Tidak untuk digeneralisasikan.
B. Prinsip Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) Menurut Suharsimi Arikunto
1. Kegiatan
Nyata dalam Situasi Rutin
Penelitian yang dilakukan peneliti tidak boleh mengubah
suasana rutin, penelitian harus dalam situasi yang wajar, sehingga hasil
penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini berkaitan erat dengan profesi
guru yaitu melaksanakan pembelajaran, sehingga tindakan yang cocok dilakukan
oleh guru adalah yang menyangkut pembelajaran.
2. Adanya Kesadaran
Diri Untuk Memperbaiki Kerja
Kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan bukan karena
keterpaksaan, akan tetapi harus berdasarkan keinginan guru, guru menyadari
adanya kekurangan pada dirinya atau pada kinerja yang dilakukannya dan guru
ingin melakukan perbaikan. Guru harus berkeinginan untuk melakukan peningkatan
diri untuk hal yanglebih baik dan dilakukan secara terus menerus sampai
tujuannya tercapai
3. SWOT Sebagai Dasar
Berpijak
PeNelitian tindakan dimulai dengan melakukan analisis SWOT,
yang terdiri atas unsur-unsur, yaitu :
- Strength : Kekuatan
- Weaknesses : Kelemahan
- Opportunity : Kesempatan
- Threat : Ancaman
Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan
maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal tersebut
penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya bila ada kesejalanan antara
kondisi yang ada pada guru dan juga siswa. Kekuatan dan kelemahan yang ada pada
diri peneliti dan subjek tindakan diidentifikasi secara cermat sebelum
mengidentifikasi yang lain.
4. Upaya Empiris dan
Sistemik
Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila
guru melakukan penelitian tindakan, berarti guru sudah mengikuti prinsip
empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur
yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang
digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung
oleh unsur-unsur yang kait mengkait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru,
harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal
pelajarandan semua yang terkait dengan hal-hal yang baru diusulkan tersebut.
5. Ikuti Prinsip
SMART dalam Perencanaan
Ketika guru menyusun rencana tindakan, hendaknya mengingat
hal -hal yang terkandung dalam SMART, yaitu:
- Spesifik : khusus, permasalahan tidak terlalu umum
- Managable : dapat dikelola, dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas hendaknya tidak sulit, baik dalam menentukan lokasi, mengumpulkan hasil, mengoreksi, atau kesulitan dalam bentuk lain
- Acceptable : dapat diterima, dalam konteks ini dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan-tindakan tertentu dan juga lingkungan tidak terganggu.
- Realistic : operasional, tidak di luar jangkauan. Penelitian tindakan kelas tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi diri guru dan siswa.
- Time-Bound : diikat oleh waktu, terencana, artinya tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap siswa sudah tertentu jangka waktunya. Batasan waktu ini penting agar guru mengetahui betuk hasil yang diberikan kepada siswanya.
- Khusus specific, masalah yang diteliti tidak terlalu luas, ambil satu aspek saja sehingga langkah dan hasilnya dapat jelas dan spesifik.
- Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi mengumpulkan hasil, mengoreksi dan lainnya.
- Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya.
- Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang dikenai tindakan.
C. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Menurut Hopkins (1993)
Menurut Hopkins (1993) ada enam prinsip dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), yaitu :
1. Autentik
Masalah yang ditangani adalah masalah pembelajaran
yang nyata dan merisaukan tanggung jawab
profesional dan komitmen terhadap pemerolehan
mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa
diagnosis masalah bersandar pada kejadian
nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.
Apabila pendiagnosisan masalah berdasarkan pada
kajian akademik atau kajian literatur semata,
maka penelitian tersebut dipandang sudah
melanggar prinsip keautentikan
masalah, Jadi, masalah harus didiagnosis
dari kancah pembelajaran yang
sesungguhnya, bukan sesuatu yang dibayangkan akan terjadi secara
akademik.
2. Integral
Kegiatan PTK adalah pengembangan pembelajaran yang
merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap
bersandar pada alur pikir dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang
digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan
faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai
dengan permasalahan dan penyebabnya, dan
apabila perlu dirumuskan hipotesis tindakan yang
tepat, Selanjutnya, dilakukan penetapan skenario
tindakan, prosedur pengumpulan data, dan analisis
data. Objektivitas, reliabilitas, dan validitas
proses, data, dan hasil tetap dipertahankan
selama penelitian berlangsung. Prinsip kedua ini
mempersyaratkan bahwa dalam
menyelenggarakan kegiatan pengembangan pembelajaran tetap digunakan
kaidah-kaidah ilmiah.
3. Sitematis
Pelaksanaan PTK
merupakan bagian integral dari pembelajaran
yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
Tahap-tahap pengembangan pembelajaran selaras dengan
pelaksanaan pembelajaran, yaitu persiapan, pelaksanaan
pembelajaran, observasi kegiatan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil
pembelajaran, dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran. Prinsip
ketiga ini mengisyaratkan agar proses dan hasil pembelajaran direkam dan
dilaporkan secara sistematis dan terkendali
menurut kaidah ilmiah.
4. Siklis
Tugas guru
yang utama adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan
berkualitas. Untuk itu, guru memiliki komitmen dalam
mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran
secara terus-menerus. Dalam
menerapkan suatu tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
ada kemungkinan tindakan yang dipilih guru kurang berhasil, maka harus
tetap berusaha mencari alternatif lain, tanpa
menggeser tema sentral. Guru harus menggunakan
pertimbangan dan tanggung jawab profesionalnya dalam
pengupayakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran. Prinsip pertama ini berimplikasi
pada sifat pengembangan pembelajaran sebagai suatu upaya yang
berkelanjutan secara siklis sampai
terjadinya peningkatan, perbaikan, atau
kesembuhan sistem, proses, hasil, dan sebagainya.
5. Konsisten
Konsistensi sikap dan kepedulian guru dalam memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini
penting karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran perlu
perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh.
Oleh karena itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas
harus tumbuh dari dalam, bukan sesuatu yang bersifat instrumental.
6. Komprehensif
Cakupan permasalahan
pembelajaran tidak seharusnya dibatasi pada
masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi
dapat diperluas pada tataran di luar ruangan, misalnya di laboratorium
atau di perpustakaan. Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan
lebih signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.
Demikian sajian informasi mengenai Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dapat Penulis sampaikan pada kesempatan ini. Semoga
Bermanfaat.
Labels:
Pe Te Ka
Thanks for reading Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Please share...!
0 Komentar untuk "Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)"